BLANTERVIO103

Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)

Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)
July 09, 2017





A.    Konsep Dasar Appendiksitis
1.      Definisi
Menurut (Nada, 2007) Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dindingrongga yang bersangkutan atau lubang abnormal. Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Mansjoer, 2000).
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan  isi suatu rongga  melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.


2.      Anatomi dan Fisiologi
a.      Anatomi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ ekstraperitoneal seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli-buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya (Martini, H, 2001).
b.      Fisiologi
1.      Krista illika berfungsi sebagai penopang seikum dan sebelah depan menyentuh kolon desendes.
2.      Mukulus obliges externus abdominus fungsinya adalah mengencangkan dan melindunngi organ intra abdomen.
3.      Saluran ingunialis atau lingkaran ingunialis berfungsi sbagai tempat berjalan tali mani (funukulus spermatikus) pada pria dan ligamen bundar dari uterus pada wanita dan juga beberapa urat saraf dan pembuluh darah.
4.      Liena alba atau garis putih berfungsi memisahkan otot relatus abdominus.
5.      Tembuk lubang dalam atau internal berfungsi sebagai tempat pada fosia otot tranfersal dimana tali mani masuk melintasi salura ingunial, tembuk lubang tepi atau external adalah tempat di dalam abdominal oblik external dimana tali mani muncul atau turun ke lipat paha atau masuk skrotum.
6.      Vena safena magma yang panjang fungsinya untuk mengalirkan darah kotor dari seluruh tubuh ke jantung.
3.      Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam adalah:
a.       Batuk
b.      Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c.       Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d.      Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
e.       Kehamilanmulti para dan obesitas.

4.      Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia, berikut ini penjelasannya:
a.       Hernia berdasarkan letaknya
1)      Hernia inguinal
Hernia inguinal itu sendiri terbagi menjadi :
a)      Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dibanding wanita. Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada selangkangan dan bias mengecil atau menghilang saat tidur.
b)      Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun annulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan tetap akan timbul benjolan.
2)      Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
3)      Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau wanita multipara.
4)      Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.
b.      Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi :
1)      Hernia bawaan/ konginetal
Hernia bawaan bisa terjadi sejak bayi lahir akibat prosesus vaginalis yang tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
2)      Hernia dapatan/ akuisita
Merupakan hernia yang timbul akibat faktor pemicu.
c.       Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi :

1)      Hernia reponibel/ reducibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
2)      Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya terjadi karena perlengketan isi kantong pada peritonium kantung hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta.
3)      Hernia strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh darah terjepit. (Long, 2001).

5.      Manifestasi Klinis
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien hernia adalah
a.       Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat paha.
b.      Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
c.       Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah adakomplikasi
d.      Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.
e.       Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria.

Sedangkan menurut Long (1996), gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi :
a.       Nyeri
b.      Peradangan
c.       Edema
d.      Pendarahan
e.       Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f.        Retensi urin
g.      Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha


Pathway

 6.      Komplikasi
a.       Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaanirreponibilis adalh omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irreponibilis daripada usus halus.
b.      Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata.Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah

7.      Penatalaksanaan Medis
a.       Menurut Mansjoer, A, (2000) penatalaksanaan medis pada hernia yaitu
1)      Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
2)      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
3)      Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
b.      Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :
1)      Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2)      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3)      Celana penyangga
4)      Istirahat baring
5)      Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
6)      Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis
1.      Pengkajian
a.       Pengumpulan data
1)      Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2)      Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar, menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
3)      Riwayat kesehatan lalu
Biasanya px dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
4)      Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.
5)      Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.
6)      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum : Kesadaran, GCS, Vital sign, bb dan Tb
b.      Pemeriksaan laboratorium : Analisa darah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah leukosit. Analisis urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.

c.       Pemeriksaan penunjang
Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru. Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
b.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
c.       Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik.


















No
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
Rasional
1.
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri)
-Frekuensi nyeri
-Tanda nyeri
-Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, factor pencetus atau yang memperberat

-Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi atau posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat

-Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.

-Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi.

-Kolaborasi dalam pemberian therapy.

-Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapy.

-Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu.

-Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan

-Memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.

- Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan diharapkan tidak ada resiko infeksi.
-Tanda dan gejala infeksi tidak ada
-Jumlah leukosit dalam batas normal
-Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

-Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

-Monitor kerentanan terhadap penyakit menular

-Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah

-Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

-Ajarkan cara menghindari infeksi

3.
Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan gangguan eliminasi berkurang.
dengan kriteria hasil :
-Pola eliminasi dalam batas normal
-Konstipasi tidak ada
-Kontrol perubahan eliminasi BAB

-Monitor tanda gejala dari konstipasi.

-Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB.

-Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat

-Monitor perubahan BAB (frekuensi,konsisten,volume,warna).

















DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A.  (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC







Share This Article :
Admin

TAMBAHKAN KOMENTAR

3539816944467716904